一kill them with success and bury them with a big smile一

Tuesday, March 31, 2015

B.IND: CERITA RAKYAT

6:23 AM Posted by hanna No comments
Kali ini saya akan membahas tentang Cerita Rakyat.


1. CERITA RAKYAT
Pengertian: Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakat. Cerita rakyat berkembang secara turun-temurun dan disampaikan secara lisa. Oleh karena itulah, cerita rakyat sering pula disebut sebagai sastra lisan. Pada umumnya, cerita rakyat bersifat anoni atau pengarangnnya tidak dikenal.

Jenis-jenis:
  • Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi, termasuk di dalamnya cerita-cerita pelipur lara dan cerita-cerita dengan tokoh binatang (fabel).
  • Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci atau sakral, misalnya cerita tentang tokoh kayangan atau tokoh supranatural yang memiliki kekuatan hebat. Tokoh mite adalah dewa atau manusia setengah dewa dan menyangkut peristiwa yang terjadi di dunia lain pada masa lalu
  • Legenda adalah dongeng asal mula terjadinya suatu tempat, peristiwa, atau keberadaan suatu daerah
  • Saga / sage adalah cerita mirip sebuah legenda. Saga berhubungan dengan cerita dewa-dewi
  • Epos adalah cerita yang berkaitan dengan kepahlawanan. Epos merupakan Wiracarita.
Manfaat: Sebagai salah satu foklor lisan, cerita rakyat mempunyai fungsi-fungsi yang menjadikannya penting dan sangat menarik untuk diselidiki. Fungsi-fungsi yang dimaksud merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang terdapat kehidupan sosial masyarakat.


2. SASTRA MELAYU KLASIK
Pengertian: Sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat.

Jenis-jenis: 
  • Fabel adalah suatu cerita atau dongeng yang pelakunya binatang yang berprilaku seperti manusia.
  • Legenda adalah cerita yang dikaitkan dengan kepercayaan suatu daerah tentang asal muasal terjadinya sesuatu.
  • Mite adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa.
  • Sage adalah cerita yang mengandung sejarah, tetapi juga tidak terlepas dari fantasi dan imajinasi agar lebih menarik.
  • Hikayat adalah cerita yang sumbernya berasal dari kisah-kisah kehidupan raja atau dewa.
  • Cerita Jenaka adalah cerita yang didalamnya mengandung unsur komedi atau humor.
Manfaat: Mengetahui cerita cerita zaman dulu dan menambah wawasan seseorang dari yang membaca tulisan tersebut.

3. CONTOH CERITA RAKYAT
Judul: Si Kelingking

Asal Daerah: Bangka Belitung

Alkisah, di sebuah desa di Pulau Belitung, hiduplah sepasang suami-istri yang miskin. Walaupun hidup miskin, mereka tetap rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan itu terasa belum lengkap, karena mereka belum mempunyai anak. Untuk itu, setiap malam kedua orang suami-istri itu senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak.

“Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking!”

Rupanya doa mereka dikabulkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Tidak beberapa lama kemudian sang Istri hamil. Sepasang suami-istri itu sangat senang, karena tidak lama lagi akan mendapatkan seorang anak yang selama ini mereka dambakan.

Beberapa bulan kemudian, sang Istri pun melahirkan. Namun, mereka sangat terkejut ketika melihat bayi yang keluar dari rahim sang Istri hanya sebesar kelingking.

“Bang! Kenapa anak kita kecil sekali, Bang?” tanya sang Istri sedih.

Mendengar pertanyaan istrinya, sang Suami hanya diam. Ia seakan-akan tidak percaya apa yang sedang mereka alami. Akhirnya, sang Suami teringat dengan doa yang sering mereka ucapkan.

“Dik! Ingatkah doa kita selama ini? Bukankah kita selalu berdoa agar diberikan anak walaupun sebesar kelingking?” tanya sang Suami mengingatkan istrinya.

“Ooo, iya. Rupanya Tuhan mengabulkan doa kita sesuai dengan permintaan kita,” kata sang Istri.

Bayi itu pun mereka pelihara dengan sebaik-baiknya. Waktu terus berjalan hingga anak itu berusia enam tahun. Namun, badan anak itu tetap sebesar kelingking. Oleh karena itu, mereka memberinya nama Si Kelingking.

Mulanya, sepasang suami-istri itu sayang kepada Si Kelingking. Tetapi, ada suatu hal yang membuat mereka risau, yakni walaupun badannya kecil, Si Kelingking banyak sekali makannya. Sekali makan, ia dapat menghabiskan secanting nasi, bahkan terkadang masih kurang. Setiap hari suami-istri itu selalu bingung, karena penghasilan yang mereka peroleh hanya cukup untuk dimakan oleh Si Kelingking sendiri. Oleh karena sudah tidak kuat lagi menghidupi Si Kelingking, kedua suami-istri itu bersepakat hendak menyingkirkannya dari kehidupan mereka.

“Bang! Bagaimana caranya kita menyingkirkan Si Kelingking?” tanya sang Istri bingung.

“Abang punya cara,” jawab sang Suami.

“Apa itu, Bang?” tanya sang Istri penasaran.

“Besok pagi, aku akan mengajaknya ke hutan,” jawab sang Suami.

“Ke hutan? Untuk apa, Bang?” tanya sang Istri tambah bingung.

“Aku akan membuangnya di tengah hutan,” jawab sang Suami.

Sang Istri pun setuju. Keesokan harinya, sang Ayah mengajak Si Kelingking ke hutan untuk mencari kayu. Setibanya di tengah hutan, sang Ayah segera menebang pohon besar.

“Kelingking! Kamu berdiri di situ saja! Ayah akan menebang pohon ini!” seru sang Ayah.

“Baik, Ayah!” jawab Si Kelingking menuruti perintah ayahnya.

Namun, tanpa disadari oleh Si Kelingking, ayahnya menebang pohon itu diarahkan kepadanya. Sang Ayah sengaja melakukan hal itu, agar pohon itu menimpanya. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun roboh menimpa Si Kelingking. Melihat hal itu, sang Ayah bukannya sedih, melainkan gembira.

“Matilah kau kerdil! Ha... ha... ha...!” seru sang Ayah sambil tertawa terbahak-bahak, lalu mendekati pohon besar itu.

Setelah memastikan dan yakin anaknya mati, sang Ayah segera kembali ke rumahnya untuk menceritakan kejadian itu kepada istrinya. Mendengar cerita suaminya, sang Istri pun menjadi senang.

“Bang! Mulai hari ini, hidup kita akan jadi tenang,” kata sang Istri kepada suaminya.

Namun, menjelang siang hari, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar rumah.

“Ayah...! Ayah....! Diletakkan di mana kayu ini?”

“Bang! Sepertinya itu suara Kelingking. Bukankah anak itu sudah mati?” tanya sang Istri heran.

“Ayo, kita keluar melihatnya!” seru sang Suami penasaran.

Kedua suami-istri sangat terkejut saat melihat Si Kelingking sedang memikul sebuah pohon besar di pundaknya.

“Ayah! Diletakkan di mana kayu ini?” tanya Si Kelingking.

“Letakkan di situ saja!” perintah ayahnya.

Setelah meletakkan kayu itu, Si Kelingking langsung masuk ke dalam rumah mencari makanan. Oleh karena merasa kelaparan usai memikul pohon besar, ia pun menghabiskan secanting nasi yang sudah dimasak ibunya. Sementara ayah dan ibunya hanya duduk bengong melihat anaknya, dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.

Sejak Si Kelingking kembali ke rumah, kehidupan mereka semakin susah. Semakin hari Si Kelingking semakin banyak makannya. Tidak cukup jika hanya makan secanting nasi. Melihat keadaan itu, sepasang suami-istri itu kembali berunding untuk mencari cara menyingkirkan Si Kelingking dari kehidupan mereka.

“Bang! Apa lagi yang harus kita lakukan?” tanya sang Istri bingung.

“Besok Abang akan mengajaknya pergi ke gunung untuk mengambil batu,” jawab sang Suami sambil tersenyum.

“Tenang, Dik! Recanaku ini pasti akan berhasil,” tambah sang Suami dengan penuh keyakinan.

Keesokan harinya, sang Ayah mengajak Si Kelingking ke gunung untuk mengambil batu. Sesampainya di kaki gunung, sang ayah berhenti.

“Kelingking! Ayah akan naik ke atas gunung hendak mendongkel batu-batu itu. Kamu tunggu di sini saja sambil menghadang dan mengumpulkan batu-batu itu,” perintah sang Ayah.

“Baik, Ayah!” jawab Si Kelingking.

Setelah itu, sang Ayah mendaki gunung itu sambil membawa sebatang kayu untuk digunakan mendongkel batu. Pada awalnya, ia hanya mendongkel batu-batu kecil, lalu batu yang agak besar, dan kemudian batu yang lebih besar lagi. Pada saat mendongkel batu besar itu, ia sengaja mengarahkannya kepada Si Kelingking. Batu itu pun menindih Si Kelingking. Melihat hal itu, sang Ayah segera turun dari gunung dan menghampiri Si Kelingking yang tertindih batu.

“Kelingking! Kelingking! Kelingking!” seru sang Ayah memanggil anaknya.

Beberapa kali ia memanggil anaknya, namun tidak mendapat jawaban. Ia yakin bahwa Si Kelingking telah mati. Dengan perasaan gembira, ia pun segera kembali ke rumah dan menceritakan kejadian itu kepada istrinya. Namun, sang Istri tidak langsung percaya dengan cerita itu.

“Apakah Abang yakin jika anak itu benar-benar sudah mati?” tanya sang Istri dengan perasaan ragu-ragu.

“Iya, Dik! Abang berhasil menindihnya dengan batu besar,” jawab sang Suami.

“Ya, syukurlah kalau begitu. Hidup kita akan benar-benar jadi tenang kembali,” kata sang Istri dengan perasaan lega.

Namun, ketika menjelang sore, tanpa mereka duga sebelumnya, tiba-tiba terdengar lagi suara dari luar rumah.

“Ayah...! Ayah...! Diletakkan di mana batu ini?” tanya suara itu.

“Letakkan di situ!” jawab Ayah Si Kelingking tanpa sadar.

Suami-istri itu tersentak kaget saat keluar dari rumah. Mereka melihat Si Kelingking sedang meletakkan sebuah batu besar. Setelah itu, seperti biasanya, Si Kelingking langsung masuk ke rumah untuk mencari makanan, karena kelaparan.

Akhirnya, kedua orang suami-istri itu merasa kasihan kepada anak mereka, Si Kelingking. Mereka pun menyadari bahwa walau bagaimana pun Si Kelingking lahir karena permintaan mereka sendiri. Sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi berniat untuk membunuhnya. Mereka telah menerima kembali Si Kelingking sebagai anggota keluarga. Sementara Si Kelingking yang memiliki kekuatan lebih dari orang-orang biasa semakin rajin membantu ayahnya bekerja. Bahkan, semua pekerjaan yang berat-berat dia yang melakukannya, sehingga pekerjaan ayahnya menjadi lebih ringan dan kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi. 


Demikian cerita Si Kelingking dari Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Cerita di atas termasuk ke dalam kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral. Setidaknya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu: pertama, menjauhi sifat suka memandang rendah orang lain. Sifat ini digambarkan oleh perilaku ayah dan ibu Si Kelingking. Mereka hanya melihat bentuk fisik dan kerakusan anak mereka, sehingga mereka berniat membuangnya. Namun, di luar dugaan mereka bahwa meskipun badannya kecil, ternyata Si Kelingking memiliki kekuatan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Menyadari hal itu, mereka pun menjadi sayang kepada Si Kelingking. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa jika membenci seseorang janganlah berlebihan, karena bisa jadi rasa benci itu berubah menjadi rasa sayang.

Kedua, ajal manusia ada di tangan Tuhan. Hal ini dapat dilihat pada cerita di atas bahwa walaupun ayah dan ibu Si Kelingking beberapa kali mencoba ingin membunuhnya, namun tidak pernah berhasil. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa hidup dan mati seseorang hanya Tuhan yang menentukan. Bagaimana pun kerasnya usaha seseorang untuk menghilangkan nyawa orang lain, jika Tuhan belum menghendaki, maka seseorang tidak akan mati.

Wednesday, March 18, 2015

B.IND: WAWANCARA

6:45 AM Posted by hanna No comments
Kali ini saya akan membahas tentang Wawancara.

1. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.
2. Unsur-unsur Wawancara
     1. Narasumber
     2. Pewawancara
     3. Pertanyaan (bagi yang bersifat tertutup)
     4. Tidak memerlukan daftar pertanyaan (terbuka)
     5. Menggunakan rumus 5 W + 1 H untuk membuat daftar pertanyaan
     6. Menentukan jadwal pelaksanaan wawancara
     7. Membuat janji dengan narasumber
     8. Menentukan lokasi wawancara
     9. Datang tepat waktu
     10. Bisa mengarahkan wawancara jika narasumber terlalu melenceng dari topik
     11. Dapat membuat laporan wawancara
3. Jenis-jenis Wawancara
   • Wawancara bebas,
yaitu wawancara yang susunan pertanyaannya tidak ditentukan lebih dahulu dan pembicaraannya tergantung kepada suasana wawancara. Wawancara  bebas seringkali juga disebut wawancara tidak berstruktur karena tidak terikat pada daftar pertanyaan tertentu. Contohnya, wawancara yang dilakukan seorang wartawan dengan artis atau pejabat pemerintah.
Wawancara terpimpin,
yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan  pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara terpimpin seringkali disebut juga sebagai wawancara berstruktur. Contohnya, wawancara yang dilakukan pembawa acara di stasiun televisi kepada pihak yang diwawancarai (pejabat,  pemuka masyarakat, ahli).
Wawancara individual,
yaitu wawancara yang dilakukan oleh seorang (pewawancara) dengan responden tunggal. Wawancara individual disebut juga sebagai wawancara secara perorangan. Contohnya, wawancara formal maupun informal yang dilakukan oleh seorang wartawan dengan seorang pejabat tertentu atau seorang wartawan dengan seorang artis.
Wawancara kelompok,
 yaitu wawancara yang dilakukan terhadap sekelompok orang dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, wawancara yang dilakukan wartawan dengan sekelompok personal band atau para pemain dari kesebelasan sepakbola tertentu.
   • Wawancara konferensi,
 yaitu wawancara antara seorang pewawancara dengan sejumlah responden atau wawancara antara sejumlah pewawancara dengan seorang responden. Contohnya, wawancara yang dilakukan wartawan terhadap sejumlah  pimpinan perusahaan saat melakukan konferensi pers untuk publisitas, wawancara yang dilakukan oleh beberapa wartawan kepada pejabat yang menyelenggarakan konferensi  pers, wawancara yang dilakukan dengan pola konferensi jarak jau (teleconference) seperti yang dilakukan oleh pewawancara TV dengan beberapa pihak yang diwawancarai di berbagai kota terpisah.
   • Wawancara terbuka,
yaitu wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (tidak terikat) jawabannya. Contohnya, wawancara dengan menggunakan  pertanyaan yang menghendaki penjelasan atau pendapat seseorang.
   • Wawancara tertutup,
yaitu wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang terbatas  jawabannya. Contohnya, wawancara yang menggunakan lembar daftar pertanyaan (questionaire) dengan jawaban yang telah dipersiapkan untuk dipilih, seperti setuju, tidak setuju, ya, tidak, sangat baik, cukup, kurang
4. Tahapan Wawancara
     • Tahap persiapan
1)      Menentukan tema wawancara
2)      Menentukan jenis wawancara
3)      Menentukan  narasumber sesuai tema
4)      Membuat jadwal (hari, waktu dan lokasi wawancara) dengan narasumber
5)      Mengumpulkan informasi awal dari luar lingkungan narasumber
6)      Membuat daftar pertanyaan
     • Tahap inti
1)      memperkenalkan diri dan menggali profil atau riwayat hidup narasumber dapat dilakukan dalam bentuk basa-basi
2)      mulai mengajukan pertanyaan secara sistematis dengan keingintahuan yang tinggi
3)      mencatat dan merekam dengan jelas seluruh jawaban narasumber
4)      mengakhiri wawancara dengan kesan yang baik
     • Tahap penutup
1)      Membuat laporan wawancara sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
2)      Menghindari opini pribadi yang bersifat fitnah
3)      Jika perlu, konfirmasi ulang hasil wawancara dengan narasumber
4)      Menyebarluaskan hasil wawancara dengan berbagai media, baik dalam bentuk berita atau buku.
5. Contoh dan Lampiran Hasil Wawancara

Ana : Assalamualaikum, saya Ana. Bolehkah saya mewawancarai anda?
Dokter Asya : Walaikumsalam, saya Dokter Asya, boleh saja dik.
Ana : Dokter Ana sudah berapa lama menjadi dokter?
Dokter Asya : Sekitar 5 tahun dik.
Ana : Dokter Asya spesialisasi apa ya?
Dokter Asya : Saya spesialis gigi. 
Ana : Apa yang membuat Dokter menyukai pekerjaan ini?
Dokter Asya : Sejak kecil saya suka makan permen dan coklat, sehingga gigi saya banyak yang rusak. Saya selalu dibawa orang tua saya ke Dokter Gigi dan disana saya merasa bekerja menjadi Dokter Gigi sepertinya menyenangkan. Karena dapat membuat orang-orang banyak tersenyum jika giginya bagus. Betul bukan?
Ana : Wah, mulia sekali pekerjaan Dokter! Ngomong-ngomong, Dokter lulusan mana ya?
Dokter Asya : Saya lulusan FKG Unpad tahun 2009.
Ana : Apa resikonya menjadi Dokter Gigi?
Dokter Asya : Resikonya tidak ada, namun saya pernah menangani pasien yang pada saat itu terlalu lelah atau kurang tidur ,tetapi ia ingin mencabut gigi. Ketika ingin disuntik tiba-tiba dia pingsan.
Ana : Oh begitu, Dok. Terima kasih atas waktunya, semoga Dokter selalu dilimpahkan rezekinya. Saya pamit dulu, Wassalamualaikum.
Dokter Asya : Sama-sama dik, Waalaikumsalam.

    Kesimpulan dari Wawancara tersebut adalah Dokter Asya telah menjadi Dokter selama 5 tahun  Ia adalah lulusan FKG UNPAD tahun 2009. Pekerjaannya sangat mulia, karena dia membuat gigi orang-orang menjadi bagus sehingga orang-orang berani untuk tersenyum.
    Sejak kecil, ia senang makan permen dan cokelat sehingga ia sering dibawa orang tuanya ke Dokter Gigi dan itu membuatnya ingin menjadi Dokter Gigi. Dia mengaku menjadi Dokter Gigi tidak ada resikonya, tetapi harus berhati-hati.